Friday, August 16, 2019

Seperti Kesurupan, Begini Gejala Pendaki yang Terserang Hipotermia

Pendaki berjalan menuju area pasar bubrah di bawah puncak Taman Nasional Gunung Merapi, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (21/9). Libur tahun baru Islam satu Muharram dimanfaatkan sejumlah wisatawan untuk mendaki menikmati panorama alam dari ketinggian 2.968 meter di atas permukaan air laut (mdpl).

Seperti orang kesurupan. Demikianlah gejala yang dialami seseorang yang tengah mengalami serangan hipotermia dalam stadium yang berat.

Gejala-gejala ini barangkali juga dirasakan tiga pendaki asal Desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang akhirnya ditemukan meninggal dunia di dekat tendanya saat dalam pendakian menuju puncak Gunung Tampomas, Sumedang, Jawa Barat. Ketiga korban ditemukan tim Basarnas Jawa Barat pada Minggu (3/3/2019).

Meski berawal dari gejala yang ringan, serangan hipotermia banyak menyebabkan kematian jika tak segera diatasi.

Berikut ini Kompas.com merangkum beberapa gejala yang akan dirasakan seseorang yang tengah mengalami hipotermia.

Dikutip dari buku Mountaineering-The Freedom of the Hills karangan Edelstein, Li, Silverberg, dan Decker (2009), pada stadium ringan akan terjadi penyempitan pembuluh darah pada permukaan kulit pendaki.

Pendaki akan merasa kedinginan dan merinding hebat beberapa kali, kemudian semakin sering.

Kemudian pendaki itu akan merasa pusing dan lemah. Dalam kondisi ini seharusnya pendaki beristirahat, mulai menghangatkan tubuhnya dengan pakaian hangat dan minuman hangat untuk mengembalikan suhu tubuh.

Setelah mengalami gejala stadium ringan, pendaki akan mulai sulit melakukan gerak tubuh, yang rumit seperti mencengkeram, atau memanjat.

Meskipun demikian, dalam stadium ini si pendaki masih bisa berjalan dan berbicara normal.

Namun dalam fase ini pendaki sebaiknya lebih peka terhadap kondisi tubuhnya dan mulai melakukan langkah pertolongan secara mandiri atau dengan bantuan rekan seperjalanan.

Hipotermia dapat merenggut nyawa pendaki apabila telah sampai pada stadium berat.

Dalam fase ini pendaki akan merinding makin hebat, datang bergelombang, dan tiba-tiba berhenti. Makin lama ,fase berhenti merinding semakin panjang. Hingga akhirnya benar-benar berhenti.

Hal ini disebabkan karena glikogen yang dibakar di dalam otot sudah tidak mencukupi untuk melawan suhu tubuh yang terus menurun. Akibatnya, tubuh berhenti merinding untuk menjaga glukosa (bahan energi).

Pendaki kemudian akan merasa sangat lemas, sampai jatuh dan tak bisa berjalan atau melangkah, kemudian meringkuk untuk menjaga panas tubuhnya. Kemudian otot pendaki mulai kaku, Ini terjadi akibat aliran darah ke permukaan berkurang dan disebabkan oleh pembentukan asam laktat dan karbondioksida di dalam otot.

Ciri lainnya yang mungkin akan terlihat ialah kulit mulai pucat, bola mata tampak membesar, dan denyut nadi terasa menurun.

Dalam fase ini pendaki akan tampak seperti oang mati, padahal sebetulnya masih hidup. Gejala lain yang akan timbul adalah pendaki akan mengalami halusinasi sehingga akan tampak seperti orang yang kesurupan dengan suhu tubuh yang kian rendah.

Hal ini berbahaya karena pada suhu internal tubuh 32 derajat Celcius, tubuh berusaha memasuki fase hibernasi. Menghentikan seluruh aliran darah permukaan dan mengurangi aktivitas jantung dan berujung pada kematian.

No comments:

Post a Comment