Bagi warga Toraja, kerbau bukanlah sembarang hewan. Selain menjadi simbol status kesejahteraan, kerbau juga diamini sebagai hewan tunggangan arwah menuju Nirwana. Kerbau selalu menjadi persembahan untuk berbagai upacara adat, termasuk rambu solo yang merupakan upacara pemakaman.
Tak heran, di Toraja, kerbau memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Satu tempat untuk menemukan transaksi jual beli hewan ini adalah Pasar Bolu yang terletak di Rantepao, Sulawesi Selatan.
Tidak setiap hari pasar kerbau digelar. Pasar ini digelar enam hari sekali. Puluhan, bahkan ratusan penjual dan pembeli tumpah ruah di sebuah lapangan luas. Kerbau yang dijual punya beragam ukuran, warna, ukuran tanduk, hingga warna mata.
Kerbau paling mahal yang dijual di sini adalah kerbau belang, disebut Tedong Bonga, tutur Pak Yatim, pemandu wisata OPPO Discovery Trip saat berkunjung ke Pasar Bolu beberapa waktu lalu.
Dari kejauhan, tampak seekor kerbau berukuran besar yang dideskripsikan Pak Yatim sebagai Tedong Bonga. Hampir seluruh tubuhnya berwarna merah muda, hanya ada satu bagian di belakang tanduknya yang berwarna hitam.
Berapa harga kerbau ini pak? tanya saya kepada penjual.
Tiga ratus (juta), jawabnya.
Satu hal yang pasti dalam transaksi jual beli di Pasar Bolu adalah sistem pembayaran. Pembeli tidak menggunakan kartu debit, atau kredit, atau sejenisnya. Jika ingin membeli kerbau, Anda harus membawa uang tunai. Pembayaran berlaku bagi kerbau dengan harga puluhan juta sampai Rp 1 miliar sekalipun.
Itulah kenapa orang Toraja tidak terlihat kaya. Padahal dia punya kerbau banyak, Pak Yatim menjelaskan.
Selain kerbau, Pasar Bolu juga menjadi tempat jual beli babi. Jika orang Toraja tidak mampu untuk membeli kerbau, hewan persembahan bisa diganti dengan babi. Harga babi pun tidak semahal hewan tandingannya tersebut.
Babi kecil harganya mungkin sekitar Rp 3 juta. Babi besar sekitar Rp 6-8 juta, tutur Pak Yatim.
No comments:
Post a Comment