Thursday, July 25, 2019

[WAWANCARA KHUSUS] Pangsa Turis Milenial Belum Digarap Maksimal, Ini Kata Menpar

Pesona pantai utara Maumere di Kabupaten Sikka, NTT, yang memikat hati para pengunjung mengisi libur Natal, Selasa (25/12/2018).

Generasi milenial menjadi istilah hangat yang cukup ramai diperbincangkan. Bukan karena keistimewaan perilakunya, generasi ini memiliki jumlah yang cukup banyak di setiap negara.

Di Indonesia sendiri, misalnya, penelitian Alvara Research Center yang terbit pada 2016 menaksir jumlah generasi milenial Indonesia pada 2020 mendatang bakal sekitar 34 persen dari total penduduk.

Maka, tak heran jika kalangan milenial menjadi salah satu pangsa pasar yang diperebutkan oleh berbagai industri, tak terkecuali industri pariwisata.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) juga tak ketinggalan menyadari basahnya pangsa turis milenial. Akan tetapi, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengakui jika pangsa tersebut belum dilayani maksimal sejauh ini.

Padahal, pihaknya telah memperoleh hasil survei yang menyatakan bila sekitar 50 persen kunjungan turis asing ke Indonesia didominasi oleh kalangan milenial.

Ketika itu pasarnya besar dan lantang, saya tanya orang-orang Kemenpar, pernah nggak kita membuat calendar of event untuk milenial? Pernah nggak membuat TVC untuk milenial? kata Arief dalam wawancara khusus KompasTravel di Kementerian Pariwisata beberapa waktu lalu.

Arief menyayangkan, selama ini belum ada langkah yang konkret dan sistematis dari pihaknya demi mengoptimalkan pangsa turis milenial.

Jadi, ibarat ada orang yg customer utamanya adalah milenial tapi tidak pernah melayaninya, beber eks Direktur Utama Telkom Indonesia tersebut.

Untuk memutus mata rantai tersebut, Arief mengklaim jika jajarannya mulai berbenah demi memaksimalkan potensi kunjungan turis milenial ke Indonesia. Mengemban target kunjungan turis asing sebanyak 20 juta pada tahun ini, Arief tampak optimistis bila 10 juta di antaranya berasal dari kalangan milenial.

Secara garis besar, Kemenpar mendesain dua jenis produk yang sekiranya menarik bagi kalangan milenial, yakni destinasi digital dan nomadic tourism.

Keduanya menjadi semangat Kementerian Pariwisata untuk memikat milenial yang ditengarai memiliki perilaku khusus ketika melancong, seperti banyak mengambil swafoto hingga suka bertualang ke destinasi-destinasi yang belum populer.

Di samping itu, Arief Yahya juga menyinggung soal perbedaan pola pikir jajarannya dibandingkan dengan pola pikir milenial. Perbedaan tersebut, lanjut Arief, seringkali membuat program yang dihasilkan tidak sinkron dengan yang diminati kalangan milenial.

No comments:

Post a Comment