Kuah kental berwarna kuning yang menyebarkan bau harum rempah-rempah mulai dituang ke mangkuk kertas yang berisi lontong, bihun, irisan jamur dan remah koya serta bawang goreng.
Minggu (28/4/2019) siang, Balai Desa Kuniran, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur dipenuhi oleh puluhan ibu-ibu yang antusias mencicipi menu soto. Namun kali ini menu sotonya bukan sembarang soto, tetapi soto yang terbuat dari jamur tiram.
Selain soto, menu dari bahan baku jamur tiram yang telah diolah sedemikian rupa juga tersaji pada menu sate jamur, nasi goreng jamur, jamur balado, mie jamur serta jamur crispy.
Maryati, salah satu warga Desa Kuniran yang juga membudidayakan jamur tiram di rumahnya mengaku senang dengan pelatihan membuat menu dari bahan baku utama jamur tiram.
Dengan diolah menjadi sejumlah menu makanan, dia berharap bisa menaikkan harga jual jamur tiram yang dibudidayakan warga. "Sudah setahun ini budidaya, yang masih susah jualnya. Sekarang perkilo Rp 10.000 diambil oleh penjual sayur," ujarnya.
Kepala Desa Kuniran Heri Sugianto mengatakan, sebanyak 160 kepala keluarga di desanya saat ini menjadi pembudidaya jamur tiram. Kegiatan tersebut sebagian merupakan usaha sampingan yang dilakukan disela-sela kegiatan bertanam padi.
Dia mengaku dalam satu hari warganya bisa panen hingga 8 kuintal jamur tiram. "Pemasarannya biasanya diambil sama pengepul yang dari Sragen dan Ngawi," katanya.
Untuk ketersediaan bibit dan media tanam jamur tiram saat ini sejumlah warga di Desa Kuniran sudah mulai mengupayakan sendiri, sehingga kebutuhan bibit dan media tidak lagi bergantung kepada daerah lain. "Desa ini sudah bisa menjadi petani jamur tiram mandiri," sambungnya.
Sementara Sumarni (34), pembudidaya jamur yang juga menyediakan kebutuhan media bagi petani jamur lainnya mengaku butuh waktu 2 tahun untuk mengembangkan usaha budidaya jamur miliknya.
Saat ini Sumarni memiliki hampir 3.000 log yang dibudidayakan di sebuah rumah bambu di belakang rumah tinggalnya.
No comments:
Post a Comment